Popular Post

Popular Posts

Recent post

Archive for 2013

Taman Nasional Alas Purwo



Taman Nasional Alas Purwo, adalah taman nasional yang terletak di kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Purwoharjo, Banyuwangi.
Taman nasional ini memiliki luas 43.420 ha yang terdiri dari: Zona Inti (Sanctuary Zone), Zona Rimba (Wilderness Zone), Zona Pemanfaatan (Intensive Zone) dan Zona Penyangga (Buffer Zone). Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah dan terdapat sedikitnya 584 jenis tumbuhan seperti, rumput, herba, semak, liana dan pohon.
Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu.
Taman Nasional Alas Purwo juga merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas) yang biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari - September.




Taman Nasional Alas Purwo

Pantai Plengkung / G-Land


Indonesia akan bangga memiliki Pantai Plengkung di ujung timur Pulau Jawa. Selain karena keindahan dan kealamiannya, juga karena menjadi salah satu tempat berselancar terbaik di dunia. Pantai Plengkung atau lebih popular disebut G-Land menawarkan surga bagi surfer professional untuk menunggang ombak yang luar biasa.
Pantai Plengkung dijuluki “The Seven Giant Waves Wonder" oleh peselancar asing karena memiliki 7 gulungan ombak hingga 6 meter tingginya.
Ada beberapa konotasi berbeda mengapa Pantai Pelengkung disebut G-Land. Huruf ‘G’ untuk G-Land memiliki tiga pengertian beragam. Pertama, untuk huruf awal kata “Great” sebagai gambaran ombaknya yang luar biasa. Kedua, untuk huruf awal kata “Green” atau kadang “Green Land”  karena lokasinya tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis tua yang hijau yaitu Taman Nasional Alas Purwo. Ketiga, merujuk pada ‘G’ untuk awal huruf kata ‘Grajagan,’ sebuah pantai dan pelabuhan tempat kapal-kapal yang dipakai wisatawan untuk mencapai Plengkung. Sebutan G-land juga berarti karena Plengkung yang berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G.
Keunikan ombak di G-Land ini adalah baru pecah setelah 1 hingga 2 km dari arah timur ke barat dengan ketinggian mencapai 4-6 meter dalam interval 5 menit. Dengan kondisi tersebut membuat peselancar proffesional dapat menikmati gulungan ombak atau “barrel” yang lebih lama dan panjang. Oleh karena itu tidaklah mengherankan Plengkung sudah lima kali menjadi tuan rumah ajang surfing internasional.
Dengan formasi ombak raksasa datang susul-menyusul sebanyak 7 lapis dan bersusun "go to left" membuatnya cocok ditunggangi peselancar kidal. Inilah yg membuat G-Land menjadi idaman dunia surfing internasional dan salah satu pantai yang mempunyai ombak terbaik di dunia.
Selain di Plengkung, hanya Hawaii, Australia, dan Afrika Selatan saja yang memiliki ombak menantang seperti itu. Ombak di Plengkung adalah nomor dua setelah di Hawaii. Hawaii sendiri memiliki ombak terus menerus sepanjang tahun. Puncak ombak di Plengkung hanya ada di bulan-bulan tertentu antara April hingga Agustus.
Bob Laverty dan Bill Boyum adalah orang pertama yang mempopularkan pantai dan ombak di Pantai Plengkung tahun 1972. Kemudian mereka mendirikan surf camp di sana dan akhirnya dikenal luas peselancar kelas dunia dari berbagai negara. Berikutnya, Bobby Radiasa seorang peselancar dari Bali, mengembangkan surf camp dan mengelolanya hingga saat ini.
Hamparan pantai berpasir putih di kawasan ini diselimuti kawasan hutan yang masih alami dan jauh dari kebisingan hiruk pikuk perkotaan. Jelasnya di sini tak cukup sinyal handphone Anda untuk aktif, tak pula terjangkau jaringan televisi, serta tidak ada pula pedagang kaki lima. Semua itu telah menjadikannya Plengkung sebagai kawasan paling ideal untuk Anda yang ingin berselancar dan benar-benar menjauh sejenak dari peradaban kota.

Transportasi

Cara menuju Plengkung ada dua, yaitu pertama melalui jalur darat dari Banyuwangi-Kalipahit sekitar 59 km dengan bus. Kalipahit-Pasaranyar sejauh 3 km dengan ojek atau menyewa mobil. Pasaranyar Trianggulasi-Pancur berjarak 15 km. Kemudian Pancur-Plengkung berjarak 9 km. Cara kedua, melalui jalur darat-laut dari Banyuwangi-Benculuk sekitar 35 km naik bus atau kendaraan umum lainnya. Benculuk-Grajagan sekitar 18 km, kemudian dari Pantai Grajagan ke Pantai Plengkung dengan speet boat.
Perjalanan dari Pos Perhutani menuju Plengkung sekitar 1,5 jam melewati jalan aspal di  2 km awal dan jalan tanah di sekitar 8 km berikutnya melewati Taman Nasional Alas Purwo. Terkadang bila beruntung Anda dapat melihat monyet liar, burung merak liar, dan beragam jenis burung lainnya. Yang jelas, pepohonan di sini berukuran besar.

Kegiatan

Tinggi ombak di Plengkung ini cenderung kurang tepat bagi peselancar pemula. Akan tetapi, Anda tidak perlu cemas apabila tidak bisa berselancar karena pemandangan alam kawasan ini sangat menawan dan luar biasa.
Pagi hari setelah sarapan, berjalan-jalanlah menyusuri pantai pasir putih Plengkung. Pasirnya benar-benar putih seperti butiran kristal dan kaki Anda akan terbenam menginjaknya. Sejauh mata memandang tak kalah indah karena ada hamparan air laut luas membentang.
Pukul 10 pagi, Anda dapat menonton para surfer terjun ke laut. Menyaksikan atraksi luar biasa dari kejauhan di rumah panggung yang memang disediakan bagi penonton. Sangat disarankan Anda membawa teropong agar dapat melihat para surfer beraksi karena ombak besarnya memang agak ke tengah laut. Bagi Anda yang hobi fotografi maka perlu lensa binocular tentunya di sini.
Ombak Plengkung terbagi tiga tingkatan yaitu kong, speedis, dan many track. Masing masing ombak berada di area yang berbeda. Jenis ombak tingkat pertama yakni kong, ini merupakan ombak yang tingginya mencapai 6-8 meter. Ombak ini paling dicari oleh peselancar internasional. Tingkat kedua, speedis, mempunyai ketinggian 5-6 meter dan menjadi konsumsi peselancar professional. Kemudian, tingkat ketiga dikenal dengan sebutan many track dengan tinggi ombak sekitar 3-4 meter.  Ombak speedis cocok untuk pemula meskipun peselancar professional juga sering datang ke sini pada bulan Maret-Juni menunggu bulan Juli sampai September dimana ombak di Plengkung begitu menantang. Di bulan-bulan tersebut peselancar dari mancanegara berdatangan.
Bagi Anda yang ingin belajar berselancar jangan khawatir, di Pantai Batu Lawang adalah tempat yang tepat untuk belajar dan menjajal ombak many track. Lokasinya tidak jauh dari Plengkung. Jika ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu sekitar 20 menit. Wisatawan mancanegara sering menyebut ombak di daerah tersebut dengan sebutan "twenty-twenty" yang artinya 20 menit mendayung ke tengah dan 20 menit menikmati titian ombak.
Selain Pantai Plengkung ada juga Pantai Parang Ireng yang terhampar pantai indah berpasir putih bersih bak kristal. Patut pula Anda mengunjungi Pantai Gotri dengan pasir putihnya yang berbentuk bulat besar dan sangat ringan sehingga terasa sulit untuk berjalan di pantainya.
Antara Pancur ke Plengkung terdapat hutan sawo kecik unik yang tumbuh berjajar di tepi pantai. Buah sawo kecik kulitnya berwarna merah dan buahnya manis dapat langsung Anda ambil dan cicipi saat berjatuhan di tanah.

Tips

  • Dalam setahun, bulan Mei sampai Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. Terutama di bulan Juli sampai September, peselancar mancanegara berdatangan ke sini karena di bulan tersebut akan temui panjang dan ketinggian ombak yang maksimal.
  • Bila Anda ingin mengabadikan aksi para peselancar maka perlu membawa lensa binocular untuk memfotonya. Untuk menyaksikan aksi peselancar di tengah laut bawalah juga teropong.
 


Kawah Ijen - Pariwisata mengagumkan dari Timur Pulau Jawa :)

GANDRUNG, TARI ASLI BANYUWANGI

Kata ""Gandrung"" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Pertunjukan Gandrung Banyuwangi

Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan). Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.

Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).

Sejarah
Kesenian gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabadnya hutan “Tirtagondo” (Tirta arum) untuk membangun ibu kota Balambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang) atas prakarsa Mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang Demikian antara lain yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu.
Mengenai asalnya kesenian gandrung Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut: Asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya didalam sebuah kantong. (Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”).
Apa yang ditulis oleh Joh Scholte tersebut, tak jauh berbeda dengan cerita tutur yang disampaikan secara turun-temurun, bahwa gandrung semula dilakukan oleh kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana (terbang). Mereka setiap hari berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Balambangan sebelah timur (dewasa ini meliputi Kab. Banyuwangi) yang jumlahnya konon tinggal sekitar lima ribu jiwa, akibat peperangan yaitu penyerbuan Kompeni yang dibantu oleh Mataram dan Madura pada tahun 1767 untuk merebut Balambangan dari kekuasaan Mangwi, hingga berakirnya perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dimenangkan oleh Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772. Konon jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri, tertawan, hilang tak tentu rimbanya atau di selong (di buang) oleh Kompeni lebih dari enam puluh ribu jiwa. Sedang sisanya yang tinggal sekitar lima ribu jiwa hidup terlantar dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan terpencar cerai-berai di desa-desa, di pedalaman, bahkan banyak yang belindung di hutan-hutan, terdiri dari para orang tua, para janda serta anak-anak yang tak lagi punya orang tua.(telah yatim piyatu) dan selain itu ada juga yang melarikan diri menyingkir ke negeri lain. Seperti ke Bali, Mataram, Madura dan lain sebagainya.
Setelah usai pertunjukan gandrung menerima semacam imbalan dari penduduk yang mampu berupa beras atau hasil bumi lainnya dan sebagainya. Dan sebenarnya yang tampaknya sebagai imbalan tersebut, merupakan sumbangan yang nantinya dibagi-bagikan kepada mereka yang keadaannya sangat memprihatinkan dipengungsian dan sangat memerlukan bantuan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, di pedalaman, atau yang bertahan hidup dihutan-hutan dengan segala penderitaannya walau peperang telah usai.
Mengenai mereka yang bersikeras hidup di hutan dengan keadaannya yang memprihatinkan tersebut, disinggung oleh C. Lekerkerker yang menulis beberapa kejadian setelah Bayu dapat dihancurkan oleh gempuran Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772, antara lain sebagai berikut; Pada tanggal 7 Nopember 1772, sebanyak 2505 orang lelaki dan perempuan telah menyerahkan diri ke Kompeni, Van Wikkerman mengatakan bahwa Schophoff telah menyuruh menenggelamkan tawanan laki-laki yang dituduh mengobarkan amuk dan yang telah memakan dagingnya dari mayatnya Van Schaar. Juga dikatakan bahwa orang-orang Madura telah merebut para wanita dan anak-anak sebagai hasil perang. Sebagian dari mereka yang berhasil melarikan diri kedalam hutan telah meninggal karena kesengsaraan yang dialami mereka. Sehingga udara yang disebabkan mayat-mayat yang membusuk sampai jarak yang jauh. Yang lainnya menetap dihutan-hutan seperti; Pucang Kerep, Kali Agung, Petang dan sebagainya. Dan mereka bersikap keras tetap tinggal dalam hutan dengan segala penderitaannya.
Berkat munculnya gandrung yang dimanfaatkan sebagai alat perjuang dan yang setiap saat acap kali mengadakan pagelaran dengan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat yang hidup bercerai-berai di pedesaan, di pedalaman dan bahkan sampai yang masih menetap di hutan-hutan dengan keadaannya yang memprihatinkan, kemudian mereka mau kembali kekampung halamannya semula untuk memulai membentuk kehidupan baru atau sebagaian dari mereka ikut membabat hutan Tirta Arum yang kemudian tinggal di ibukota yang baru di bangun atas prakarsa Mas Alit. Setelah selesai ibu kota yang baru dibangun dikenal dengan nama Banyuwangi sesuai dengan konotasi dari nama hutan yang dibabad (Tirta-arum). Dari keterangan tersebut terlihat jelas bahwa tujuan kelahiran kesenian ini ialah menyelamatkan sisa-sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan oleh Kompeni dan membangun kembali bumi Belambangan sebelah timur yang telah hancur porak-poranda akibat serbuan Kompeni (yaitu yang dewasa ini meliputi Daerah Kabupaten Banyuwangi).
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi
BAHASA OSING

Bahasa Osing adalah bahasa yang dipertuturkan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari cabang Formosa dalam rumpun bahasa Austronesia.

Jumlah dan Wilayah Persebaran

Jumlah penduduk asli Banyuwangi yang acap disebut sebagai "Lare Using" / laros ini diperkirakan mencapai 500 ribu jiwa dan secara otomatis menjadi pendukung tutur Bahasa Osing ini. Penutur Bahasa Osing ini tersebar terutama di wilayah tengah Kabupaten Banyuwangi, mencakup Kecamatan Kabat, Rogojampi, Glagah, Kalipuro, Srono, Songgon, Cluring, Giri, sebagian kota Banyuwangi, Gambiran, Singojuruh, sebagian Genteng, dan Licin. Wilayah sisanya dihuni warga berbahasa Jawa dialek Jawa Timuran ataupun bahasa Madura. Selain di Banyuwangi, penutur bahasa ini juga dapat dijumpai di wilayah Kabupaten Jember, khususnya di Dusun Krajan Timur, Desa Glundengan, Kecamatan Wuluhan. Namun dialek Osing di wilayah Jember ini telah banyak terpengaruh bahasa Jawa dan Madura akibat keterisolasiannya dari daerah penutur Osing lainnya di Banyuwangi. dijember penutur osing dulu termasuk Kampung Using (dekat stasiun kereta api kota Jember). Biting Arjasa, . Desa Kemiri Kecamatan Panti. Desa Glundengan, Kecamatan Wuluhan Kecamatan Puger dan daerah tegal boto .

Sistem pengucapan atau fonologi

Bahasa Osing mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:
  • Adanya diftong [ai] untuk vokal [i] : semua leksikon berakhiran "i" pada bahasa Osing khususnya Banyuwangi selalu terlafal "ai". Seperti misalnya "geni" terbaca "genai", "bengi" terbaca "bengai", "gedigi" (begini) terbaca "gedigai".
  • Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran "u" hampir selalu terbaca "au". Seperti "gedigu" (begitu) terbaca "gedigau", "asu" terbaca "asau", "awu" terbaca "awau".
  • Lafal konsonan [k] untuk konsonan [q]. Di Bahasa Jawa, terutama pada leksikon berakhiran huruf "k" selalu dilafalkan dengan glottal "q". Sedangkan di Bahasa Osing, justru tetap terbaca "k" yang artinya konsonan hambat velar. antara lain "apik" terbaca "apiK", "manuk", terbaca "manuK" dan seterusnya.
  • Konsonan glotal [q] yang di Bahasa Jawa justru tidak ada seperti kata [piro'], [kiwo'] dan demikian seterusnya.
  • Palatalisasi [y]. Dalam Bahasa Osing, kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Seperti "bapak" dilafalkan "byapak", "uwak" dilafalkan "uwyak", "embah" dilafalkan "embyah", "Banyuwangi" dilafalkan "byanyuwangai", "dhawuk" dibaca "dyawuk".

Varian Bahasa Osing

Bahasa Osing mempunyai banyak kesamaan dan memiliki kosakata Bahasa Jawa Kuna yang masih tertinggal. Namun di wilayah Banyuwangi sendiri terdapat variasi penggunaan dan kekunaan juga terlihat di situ. Varian yang dianggap Kunoan terdapat utamanya diwilayah Giri,Glagah dan "Licin, dimana bahasa Osing di sana masih dianggap murni. Sedangkan Bahasa Osing di Kabupaten Jember telah banyak terpengaruh bahasa Jawa dan Madura. Serta pelafalan yang berbeda dengan Bahasa Osing di Banyuwangi.

Gaya Penggunaan Bahasa

Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak saling berhubungan. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya :
  • Siro wis madhyang? = kamu sudah makan?
  • Riko wis madhyang? = anda sudah makan?
    • Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
    • Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel(umur)
    • Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)
    • Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua (bapak/ibu)
Sedangkan Cara Besikiadalah bentuk "Jawa Halus" yang dianggap sebagai bentuk wicara ideal. akan tetapi penggunaannya tidak seperti halnya masyarakat Jawa, Cara Besiki ini hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus yang bersifat keagamaan dan ritual, selain halnya untuk acara pertemuan menjelang perkawinan.

Kosakata

Kosakata Bahasa Osing berakar langsung dari bahasa Jawa Kuna, di mana banyak kata-kata kuna masih ditemukan di sana, di samping itu, pengaruh Bahasa Bali juga sedikit signifikan terlihat dalam bahasa ini. Seperti kosakata sing (tidak) dan bojog (monyet).
Pengaruh Bahasa Inggris juga masuk kedalam bahasa ini melalui para tuan tanah yang pernah tinggal di kawasan tersebut, seperti dalam kata :
  • Sulung dari kata so long namun bermakna duluan
  • Nagud dari kata no good bermakna jelek
  • Ngepos dari kata pause bermakna berhenti
  • Enjong dari kata enjoy bermakna enak,menyenangkan

Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Osing

Despicable Me 2 - Tokoh-Tokoh yang lucu dan sangat menghibur di film ini pasti akan membuat kita tertawa, sobat :)
Selamat menonton, semoga bermanfaat.


2.1  Jenis-jenis penyimpangan sosial yang menjadi topic dalam program genre Indonesia
2.2.1        Seksualitas
Pengertian seksualitas adalah sebuah bentuk perilaku yang didasari oleh faktor fisiologis tubuh. Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label gender, baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry & Potter 2005).
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994; Perry & Potter, 2005).

Menurut Hurlock (1999) dorongan seksual dipengaruhi oleh:
  1. Faktor internal
Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan.
  1. faktor eksternal
Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual. Stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, pengaruh orang dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan porno. Perubahan pola perilaku seksual di antara para remaja masa kini tidak dianggap salah karena biasanya mereka hanya mempunyai satu pasangan seksual yang dalam banyak kasus diharapkan akan dinikahi di masa mendatang. Meskipun hubungan yang telah terjalin ditentang oleh para orang tua, namun banyak remaja tetap melangsungkannya. Ini adalah suatu sikap permisif yang membuat penyimpangan seksual yang terjadi menjadi lebih sulit untuk di hindari. Remaja akhir (mahasiswa) secara psikologis memang sudah memiliki kematangan emosional akan tetapi masih belum terasah dengan sangat baik sehingga dapat dipastikan spontanitas dalam suatu penyimpangan apabila dilakukan satu individu biasanya teman terdekat atau sebayanya akan cenderung melakukan hal yang sama. Edukasi mengenai dampak dari seks dini atau pranikah sudah didapatkan oleh 75%  responden dari penelitian yang dilakukan penulis. Akan tetapi hasil penelitian lain bahwa hamper 60% dari jumlah responden melakukan seks pra nikah pada bangku kuliah bahkan pada masa SMA hal tersebut bertolak belakang dari apa yang di harapkan dalam sosialisasi bahaya seks pra nikah atau seks pada usia dini. Ironis memang Negara mengatur atau membentuk suatu wadah organisasi agar menjadi salah satu upaya pencegahan. Akan tetapi dalam hal ini tidak di dapatkan apa yang dinginkan situasi seperti ini sering di sebut Zero Result. Kegagalan dalam suatu program penataan kembali norma sosial yang berlaku pada masyarakat. Prilaku menyimpang ini dapat mengakibatkan beberapa hal yang lebih kompleks yang akan di jelaskan dalam paper ini  yaitu :
  1. Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual adalah kumpulan penyakit yang menyerang organ genital sehingga mempengaruhi fungsi reproduksi yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penyakit ini di tularkan melalui hubungan intim yang tidak aman. Seperti seks yang berganti-ganti pasangan, seks tanpa menggunakan pelindung, seks sesama jenis dan berbagai prilaku seks yang menyimpang. Data terakhir yang di baca oleh penulis terdapat sekitar 65% dari jumlah responden yang mengaku pernah terjangkit penyakit menular seksual. Penyakit yang paling sering di temui adalah Kandidasiasis, Siphilis dan Gonorrhoe. Mereka mengaku tidak sadar pada saat awal terjangkit hingga terjadi infeksi yang cukup berbahaya yang berakibat pada infertilisasi( kemandulan). Kurangnya kepedulian terhadap diri sendiri memicu penyebaran penyakit menular seksual menjadi lebih luas, Untuk itu penulis beranggapan bahwa perlunya suatu kegiatan yang memicu kreativitas agar mahasiswa tidak mengalami waktu kekosongan untuk melakukan prilaku negative. Bahaya dari penyaki menular seksual yang paling akhir memang kemandulan dimana organ genital sudah tidak mampu bereproduksi sehingga berpengaruh terhadap jumlah kelahiran sehat pada masa ini. Jenis-jenis penyakit tertentu juga dapat ditularkan dari Ibu ke bayi yang di lahirkan contohnya gonorrhoe yang menyebabkan kebutaan pada bayi yang di lahirkan akibat infeksi bakteri di dalam selaput mata bayi. Bayangkan jika dalam suatu Negara 7 dari 10 wanita terjangkit satu penyakit menular seksual itu akan menyebabkan krisis Sumber daya manusia yang berkualitas dalam suatu Negara yang mengakibatkan kemunduran dalam hal perekonomian,sosial dan budaya dalam Negara tersebut.
  1. Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Kelanjutan dari dampak negative seks pra nikah adalah kehamilan. Jika pada pasangan yang sah dalam ikatan pernikahan kehamilan merupakan suatu anugerah terindah dari Tuhan YME. Akan tetapi jika kehamilan terjadi pada pasangan sebelum menikah ini akan menjadi suatu permasahan yang memicu pada praktek Aborsi. Praktek aborsi di dalam negeri cenderung meningkat. Bahkan tren peningkatannya tiap tahun rata-rata mencapai 15 persen. Berdasarkan data yang dikeluarkan BKKBN, diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa. Bahkan, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja. Beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah juga dilakukan beberapa remaja. Seperti di Surabaya tercatat 54 persen, Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan.Dari data tersebut dapat dipastikan penyimpangan ini terjadi tiap tahun kian meningkat padahal sudah terdapat upaya dalam masyarakat untuk mengurangi permasalahan tersebut. Akan tetapi yang tejadi adalah sebaliknya apa yang terjadi dalam sistem pemerintahan Indonesia kebijakan mengenai permasalahan ini sudah di berlakukan pemerintah melalui BKKBN dengan program genre-nya.
  1. HIV/AIDS
Human Imunnodefeciency Virus adalah salah satu jenis retrovirus yang dapat mereplikasi DNA/RNA dari suatu sel yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sedangkan Aquired Imunnodefeciency Syndrome yaitu kumpulaan dari berbagai jenis penyakit yang diakibatkan dari lemahnya sistem kekebalan alami tubuh. Virus ini menjadi trending topic sebagai virus yang mematikan setelah human papilloma virus. Virus ini menyebar melalui hubungan seks menurut data yang di keluarkan KPA pada tahun 2012 di kabupaten jember terdapat ± 628 kasus yang tersebar di seluruh kecamatan kabupaten jember. Meningkat kurang lebih 100 kasus dalam setahun yang jumlah seblumnya adalah ± 528 kasus HIV/AIDS dan rata-rata usia penderita sekitar 21-25 tahun.usia ynag tingkat produktifitasnya mulai diakui masyarakat. Penyebaran virus ini begitu menjadi momok di kalangan aktivis kesehatan. Penulis berfikir bahwa jika kasus HIV/AIDS yang meningkat dapat dipastikan produktifitas masyarakat akan menurun karena adanya stigma dan diskrimanasi dari masyarakat luas. Sehingga mengakibatkan prilaku yang tidak kondusif terhadap penderita mulai dari pengangguran, biaya yang digunakkan untuk melakukan pengobatan dan lain-lain

2.2.2        Napza ( Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)
            Sudah lebih dari 2 abad penyebaran narkotika ada di seluruh dunia. Mulai dari yang terorganisir sampai yang tidak terorganisir, dalam salah satu wawancara yang dilakukan penulis salah satu responden (tidak ingin nama disebut) mengatakan bahwa “Kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan Kebaikan yang tidak terorganisir” dapat diambil suatu filosofi dalam hal tersebut bahwa penyebaran Narkotika yang sudah ada sejak dahulu tidak dapat di hancurkan dengan mudahnya jika elemen-elemen dari masyarakat tidak berpartisipasi 100% dalam menolak narkotika. Wilayah strategis Indonesia merupakan jalan masuk dan produksi dari penyebaran narkoba contohnya saja aceh. Di aceh tanaman Cannabis indica atau yang sering disebut ganja dapat tumbuh dengan subur tanpa ditanam sehingga aceh merupakan pusat produksi ganja ke seluruh dunia. Dari fakta tersebut tidak dapat disalahkan banyaknya remaja yang terhanyut dalam permasalahan ini. Kemudahan akses untuk mendapatkan barang tersebut merupakan permasalahan utama dalam penyebaran narkotika. Menurut data BNK kabupaten 20% kenaikan kasus narkotika yang dilakukan pelajar maupun mahasiswa meningkat tiap tahunnya sehingga membuat keadaan krisis sumber daya manusia yang berkualitas dari dalam negeri.

PIK-Remaja

- Copyright © 2013 Impossible is Nothing... - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -